TURN BACK CRIME

Selasa, 07 Februari 2017

KITA MASUK YANG MANA

Dari sekian kali berdiskusi di Sekber.... saya dapat teori baru dari pak Hasan tentang teori Maslow.
Berikut buat introspeksi dan renungan.

Hierarki Kebutuhan Maslow



Kebutuhan Fisiologis (Kebutuhan Primer)
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.  Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.  

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. 

Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal .  
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatas. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. 
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.  Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi, begitu seterusnya.

Sementara seseorang yang sudah mencapai kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi, maka kebutuhan minimal tersebut sudah terpenuhi dan mereka merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi, jika kebutuhan minimal sudah terpenuhi seseorang akan cenderung mencari kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman.

Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitasketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perangterorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.  Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.

Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. 

Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. 

Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya[  Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.

Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.  Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.  

Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan statusketenarankemuliaanpengakuan perhatian, reputasiapresiasimartabat, bahkan dominasi.  

Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.  Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.

Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi.  Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.  Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri. 

Aktualisasi diri juga diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas serta kapasitas yang dimiliki manuasia. Artinya kebutuhan aktualisasi diri ini bukan hanya namanya sekedar tercatat sebagai pejabat organisasi atau instansi tertentu, namun memang dari sisi kompetensi, kapabilitas dan intregitas memang mumpuni untuk memegang jabatan tersebut. 

Bagi seseorang yang mengartikan kebutuhan aktualisasi diri adalah mencari jabatan sedangkan dari sisi kompetensi, kapabilitas dan intregitas memang belum mumpuni untuk memegang jabatan tersebut, maka sebetulnya dia baru sampai tahap memenuhi kebutuhan yang tinggi akan penghargaan. 

Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Terdapat 11 karateristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri (Schneider,K.J, dkk, 2001) diantaranya: 

  • Mampu melihat realitas secara lebih efisien

Seseorang akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa secara kritis dan logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan atau ditakuti orang lain.


  • Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya

Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Ia juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang lain kepada dirinya.
  •  Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak dibuat-buat, spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang dada terhadap kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipnya. Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani menentang dengan asertif.
  •  Terpusat pada persoalan

Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran, perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan pada persoalan-persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.

  • Membutuhkan kesendirian

Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

  • Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh  lingkungan. Ia akan mudah beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.


  • Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan

Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri, menerima, dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa saja.

  • Kesadaran sosial

Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan  bermasyarakat.

  • Hubungan interpersonal

Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.

  • Demokratis

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.

  • Rasa humor yang bermakna dan etis

Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan atau menjelekkan orang lain.

  • Kreativitas

Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

  • Independensi

Seseorang akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa terpengaruh oleh berbagai kepentingan lain.

  • Pengalaman Puncak (Peak Experience)

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka