Berikut buat introspeksi dan renungan.
Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan Fisiologis (Kebutuhan Primer)
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah
kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.
Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan.
Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan
lain dalam dua hal .
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatas. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi, begitu seterusnya.
Sementara seseorang yang sudah mencapai kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi, maka kebutuhan minimal tersebut sudah terpenuhi dan mereka merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi, jika kebutuhan minimal sudah terpenuhi seseorang akan cenderung mencari kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman.
Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatas. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi, begitu seterusnya.
Sementara seseorang yang sudah mencapai kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi, maka kebutuhan minimal tersebut sudah terpenuhi dan mereka merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi, jika kebutuhan minimal sudah terpenuhi seseorang akan cenderung mencari kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan
secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan
rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa
aman fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,
kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari
kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari
ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan
bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan
bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang
yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara
berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan yang tidak diharapkannya.
Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman
telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa
memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat,
keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga
dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur.
Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya[ Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur.
Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya[ Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi,
manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori
mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih
tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.
Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.
Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah
aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan
yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus
menerus untuk memenuhi potensi.
Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin
menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk
aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.
Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak
muda di Brandeis memiliki
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi
dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
Aktualisasi diri juga diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas serta kapasitas yang dimiliki manuasia. Artinya kebutuhan aktualisasi diri ini bukan hanya namanya sekedar tercatat sebagai pejabat organisasi atau instansi tertentu, namun memang dari sisi kompetensi, kapabilitas dan intregitas memang mumpuni untuk memegang jabatan tersebut.
Bagi seseorang yang mengartikan kebutuhan aktualisasi diri adalah mencari jabatan sedangkan dari sisi kompetensi, kapabilitas dan intregitas memang belum mumpuni untuk memegang jabatan tersebut, maka sebetulnya dia baru sampai tahap memenuhi kebutuhan yang tinggi akan penghargaan.
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Terdapat 11 karateristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri (Schneider,K.J, dkk, 2001) diantaranya:
- Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Seseorang
akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan
kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa secara kritis dan
logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa yang seharusnya
didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan atau ditakuti orang
lain.
- Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Dengan
aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang tinggi
dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Ia
juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang
lain kepada dirinya.
- Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak
dibuat-buat, spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang
dada terhadap kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsipnya. Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani
menentang dengan asertif.
- Terpusat pada persoalan
Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia,
bukan pada persoalan-persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.
- Membutuhkan kesendirian
Seseorang
akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu yang
dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
- Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan melakukan
apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh lingkungan. Ia akan mudah
beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.
- Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri, menerima,
dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa saja.
- Kesadaran sosial
Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk
bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan bermasyarakat.
- Hubungan interpersonal
Dengan
aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
- Demokratis
Orang
yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul
berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai
dan lain-lain.
- Rasa humor yang bermakna dan etis
Seseorang
dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan atau
menjelekkan orang lain.
- Kreativitas
Kreativitas
ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli,
tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
- Independensi
Seseorang
akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa terpengaruh oleh
berbagai kepentingan lain.
- Pengalaman Puncak (Peak Experience)
Orang
yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan
alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam semesta. Artinya,
orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku,
bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu,
ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka